SEJARAH
DAN PERKEMBANGAN OLAHRAGA
A.
Pengaruh dan Kegiatan Olahraga
Dalam
sejarah dan perkembangan olahraga di Indonesia kita akan dapat menarik suatu
garis yang kian lama kian menanjak.Masyarakat Indonesia yang dinamis akan
mengakui bahwa persekutuan hidup itu hidup dan tidak hanya mengalami pengaruh
pikiran dan kemampuan manusia individu saja bahkan juga mengalami pengaruh
zaman dalam perkembangan ilmu pengetahuan modern seperti sekarang ini.Olahraga
memberi kesempatan yang sangat baik untuk menyalurkan tenaga dengan jalan yang
baik di dalam lingkungan persaudaraan dan persahabatan untuk persatuan yang
sehat dan suasana yang akrab dan gembira.
Tetapi
kini kita menghadapi kubu-kubu yang kuat baik yang merupakan alam pikiran,
sikap hidup, tradisi dan kebiasaan yang semuanya adalah peninggalan penjajahan
ditambah dengan feodalisme semenjak 350 tahun yang lalu. Dan kadang-kadang
kubu-kubu itu tidak dapat kita lihat tetapi dapat kita rasakan karena sembunyi
di dalam diri manusia.Karena itu kita harus menyelami alam pikiran pandangan
dan sikap seseorang untuk dapat membantu dia membuang sisa-sisa penjajahan yang
masih bersarang dalam dirinya untuk secara sadar membantu gerakan olahraga.
Dalam
hal ini prestasilah yang memegang peranan dan merupakan factor yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan manusia. Prestasi yang kita miliki selain mengangkat
nama dan mengharumkan derajat bangsa Indonesia di dunia, suatu prestasi yang
tinggi oleh seorang olahragawan Indonesia dapat membangkitkan dalam diri warga
Negara, rasa bangsa yang sebesar-besrnya, semangat kebangsaan yang
menyala-nyala dan jiwa persatuan yang sehebat-hebatnya sehingga terbangkit
kekuatan-kekuatan baru pada dirinya dan mempunyai hasrat yang benar untuk ikut
di dalam gerakan keolahragaan.
B. Sejarah Sport dan Olahraga
Sport
berasal dari bahasa Latin ”disportare” atau “deportare” dalam bahasa
Itali”deporte” yang artinya penyenangan, pemeliharaan atau menghibur untuk
bergembira. Dapatlak dikatakan bahwa sport ialah kesibukan manusia untuk
menggebirakan diri sambil memelihara jasmaniah. Sedangkan antara sport dan
bermain terdapat hubungan yang erat dan mempunyai sangkut paut yang bersifat
strukturil, bahwa sport adalah sebuah bentuk dari bermain yang lebih sempurna.
Tetapi tidaklah dikatakan bahwa semua bentuk bermain adalah sport. Sport adalah
sesuatu yang terkembang dari bermain, merupakan hasil perpaduan dari :
a. Kebutuhan akan
ketangkasan jasmani
b. Kebutuhan akan
kesanggupan untuk mengatasi situasi
c. Kebutuhan akan
mencapai nilai-nilai keindahan
d. Kebutuhan akan kegembiraan
yang menyegarkan (rekreasi)
Olahraga, sport
merupakan gabungan dari segala latihan jasmani yang diadakan orang dengan
sukarela untuk memperkuat dan mempersanggup tenaga tubuh, demikian juga selaras
dengan itu memajukan pemusatan perhatian, kemauan.
C. Sejarah Olympic Games, Olympiade Kuno
Untuk
pertama kalinya pesta olahraga Olympiade dilangsungkan dalam tahun 776 SM
sebagai penghormatan kepada dewa Yunani Zeus di kota Olympia di tepi sungai
Alphecis Yunani.Olympiade Kuno ini dilakukan setiap 4 tahun sekali. Peserta
dalam Olympiade kuno hanya untuk laki-laki, perempuan tidak diperkenankan. Pada
tahun 394 SM Emperior dari Roma Theodosius Akbar yang berkuasa waktu itu
menghentikan dan melarang pertandingan-pertandingan Olympiade Kuno tersebut.
D. Olympiade Modern
Pada
bulan Juni 1894 seorang sarjana Perancis ahli sejarah dan Pendidikan bernama
Baron Piere de Coubertin yang dilahirkan di Paris tanggal 1 Januari 1863
mengundang dan mengumpulkan wakil-wakil dari beberapa Negara untuk membentuk Olympiade
Modern. Maka pada tanggal 23 Juni 1894 keputusan 15 negara untuk mengadakan
Olympiade gaya baru dengan agenda pertandingan olahraga tiap 4 tahun sekali.
Maka dengan ini pada tahun 1896 di Athena (Yunani) Olympiade Modern I di adakan
kembali.
E. Indonesia dalam dunia Olahraga Internasional
Usaha
untuk memperkenalkan Indonesia kepada dunia olahraga internasional dilakukan
dengan jalan mengirimkan atlit-atlit kita ke Asian Games I di New Delhi pada
tahun 1951 dan ke Olympic Games ke XV di Helsinki pada tahun 1952
F.
Sejarah Olahraga kuno
Sejarah
olahraga dapat mengajarkan kepada kita arti mengenai perubahan masyarakat dan
mengenai olahraga itu sendiri. Olahraga sepertinya melibatkan kemampuan dasar
manusia yang dikembangkan dan dilatih untuk kepentingannya sendiri, yang
sejalan dengan dilatih demi kegunaannya. Ini menunjukkan bahwa olahraga itu
mungkin sama tuanya dengan keberadaan manusia itu sendiri, yang memiliki
tujuan, dan adalah cara yang berguna untuk meningkatkan kemampuan mereka dalam
menaklukkan alam dan lingkungan. Namun, jika kita melihat jauh ke belakang
bukti-bukti yang makin sedikit kurang mendukung. Isi [tutup] 1. Pra-Sejarah 2.
Cina Kuno 3. Mesir Kuno 4. Yunani Kuno 5. Eropa dan perkembangan global.
G.
Prasejarah
Banyak
penemuan modern di Perancis, Afrika dan Australia pada lukisan gua (lihat
seperti Lascaux) dari jaman prasejarah yang memberikan bukti kebiasaan upacara
ritual. Beberapa dari bukti ini berasal dari 30.000 tahun yang lampau,
berdasarkan perhitungan penanggalan karbon. Lukisan/Gambar-gambar jaman batu
ditemukan di padang pasir Libya menampilkan beberapa aktivitas, renang dan
memanah. [1] (http://www.fjexpeditions.com/) Seni lukis itu sendiri adalah
merupakan bukti pada ketertarikan pada keahlian yang tidak ada hubungannya
dengan kemampuan untuk bertahan hidup, dan adalah bukti bahwa ada waktu luang
untuk dinikmati. Ini juga membuktikan aktivitas non-fungsi lain seperti ritual
dan sebagainya. Jadi, meskipun sedikit bukti yang secara langsung mengenai
olahraga dari sumber-sumber ini, cukup beralasan untuk menyimpulkan bahwa ada
beberapa aktivitas pada waktu itu yang berkenaan dengan olahraga. Kapten Cook,
saat ia pertama kali datang ke Kepulauan Hawaii, pada tahun 1778, melaporkan
bahwa penduduk asli berselancar. Masyarakat Indian Amerika asli bergabung dalam
permainan-permainan dan olahraga sebelum kedatangan orang-orang Eropa, seperti
lacrosse, beberapa jenis permainan bola, lari, dan aktivitas atletik lainnya.
Suku Maya dan Aztec yang berbudaya memainkan permainan bola dengan serius.
Lapangan yang digunakan dahulu masih digunakan sampai sekarang. Cukup beralasan
untuk menyimpulkan dari sini dan sumber-sumber bersejarah lainnya bahwa
olahraga memiliki akar yang bersumber dari kemanusiaan itu sendiri.
H.
Cina Kuno
Terdapat
artefak dan bangunan-bangunan yang menunjukkan bahwa orang Cina berhubungan
dengan kegiatan yang kita definisikan sebagai olahraga di awal tahun 4000 SM.
Awal dan perkembangan dari kegiatan olahraga di Cina sepertinya berhubungan
dekat dengan produksi, kerja, perang, dan hiburan pada waktu itu.
Senam
sepertinya merupakan olahraga yang populer di Cina zaman dulu. Tentunya
sekarang juga, seperti keahlian orang Cina dalam akrobat yang terkenal secara
internasional.Cina memiliki Museum Beijing yang didedikasikan untuk
subjek-subjek tentang olahraga di Cina dan sejarahnya. (Lihat Olahraga Cina,
Museum )
I.
Mesir Kuno
Monumen
untuk Faraoh menunjukkan bahwa beberapa cabang olahraga diperhatikan
perkembangannya dan dipertandingkan secara berkala beberapa ribu tahun yang
lampau, termasuk renang dan memancing. Ini tidaklah mengejutkan mengingat
pentingnya Sungai Nil bagi kehidupan orang Mesir. Olahraga yang lain termasuk
lempar lembing, loncat tinggi, dan gulat. (Lihat referensi Olahraga Mesir Kuno)
(http://www.us.sis.gov.eg/egyptinf/history/html/hisfrm.htm).) Lagi, keberadaan
olahraga yang populer menunjukkan kedekatan dengan kegiatan non-olahraga
sehari-hari.
J.
Yunani Kuno
Banyaknya
cabang olahraga sudah ada sejak jaman Kerajaan Yunani Kuno. Gulat, Lari, Tinju,
lempar lembing dan lempar cakram, dan balap kereta kuda adalah olahraga yang
umum. Ini menunjukkan bahwa Kebudayaan militer Yunani berpengaruh pada
perkembangan olahraga mereka. Pertandingan Olimpiade diadakan setiap empat
tahun sekali di Yunani. Pertandingan tidaklah diadakan hanya sebagai even
olahraga saja, tetapi juga sebagai perayaan untuk kemegahan individu,
kebudayaan, dan macam-macam kesenian dan juga tempat untuk menunjukkan inovasi
di bidang arsitektur dan patung. Pada dasarnya, even ini adalah waktu untuk
bersyukur dan menyembah para Dewa-Dewa kepercayaan Yunani. Nama even ini
diambil dari Gunung Olympus, tempat suci yang dianggap tempat hidupnya para
dewa. Gencatan senjata dinyatakan selama Pertandingan Olimpiade, seperti aksi
militer dan eksekusi untuk publik ditangguhkan. Ini dilakukan agar orang-orang
dapat merayakan dengan damai dan berkompetisi dalam suasana yang berbudaya dan
saling menghargai.
K. Eropa dan Perkembangan Global
Beberapa
ahli sejarah- tercatat Bernard Lewis- Menyatakan bahwa olahraga beregu adalah
penemuan Kebudayaan Barat. Olahraga individu, seperti gulat dan panahan, sudah
dipraktekkan di seluruh dunia. Tetapi tradisi olahraga beregu, menurut para
penulis ini, berasal dari Eropa, khususnya Inggris. (Ada catatan yang berlawanan-
termasuk Kabaddi di India dan beberapa permainan bola Mesoamerica.) Olahraga
mulai diatur dan diadakan secara berkala sejak Olimpiade Kuno sampai pada abad
ini. Aktivitas yang dilakukan untuk memenuhi kebutuhan hidup dan makanan
menjadi aktivitas yang diatur dan dilakukan untuk kesenangan atau kompetisi
dalam skala yang meningkat, seperti berburu, memancing, hortikultur. Revolusi
Industri dan Produksi massa menambahkan waktu luang, yang membolehkan
meningkatnya penonton olahraga, berkurangnya elitisme dalam olahraga, dan akses
yang lebih besar. Trend ini dilanjutkan dengan perjalanan media massa dan
komunikasi global. Profesionalisme menjadi umum, lebih jauh meningkatkan
popularitas olahraga. Ini mungkin kontras dengan ide murni orang Yunani, dimana
kemenangan pada pertandingan dihargai dengan sangat sederhana, dan dihargai
dengan daun zaitun. (Mungkin tidak hanya mahkota daun zaitun, beberapa penulis
mencatat.) Mungkin karena reaksi dari keinginan hidup kontemporer, terdapat
perkembangan olahraga yang paling baik dielaskan dengan post-modern : extreme
ironing sebagai contohnya. Juga ada penemuan baru di bidang olahraga
petualangan dalam bentuk melepaskan diri dari rutinitas kehidupan sehari-hari,
contohnya white water rafting, canyoning, BASE jumping dan yang lebih sopan,
orienteering.
L. Perkembangan Olahraga pada Zaman Kemerdekaan
Proklamasi
Negara Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, merupakan pintu gerbang
terbukanya bangsa Indonesia dari penjajah. Peristiwa monumental tersebut
merupakan Babak baru dalam sejarah perkembangan negara Indonesia tercinta ini,
termasuk babak baru dalam perkembangan olahraga Indonesia. Pemerintah Indonesia
melalui Kementerian Pendidikan dan Pengajaran, mempropagandakan penyelenggaraan
latihan-latihan dan rehabilitasi fisik dan mental yang telah rusak selama
penjajahan kolonial Belanda dan Jepang. Penyelenggaraan olahraga di
sekolah-sekolah mulai digalakan. Di setiap provinsi diusahakan pembentukan
inspeksi-inspeksi pendidikan jasmani, antara lain : Sumatera Utara, Sumatera
Tengah, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jogjakarta, Solo, dan Jawa Timur.
Beberapa peristiwa yang
menandai perkembangan olahraga pada zaman kemerdekaan antara lain sebagai
berikut :
Tanggal
19 Agustus 1945, tanggal terbentuknya kabinet yang pertama, dalam Kementerian
Pendidikan dan Pengajaran di adakan suatu lembaga yang bertugas merencanakan
dan melaksanakan urusan di bidang keolahragaan di sekolah, yaitu inspeksi
pendidikan jasmani adalah Organisasi di bawah jawatan Pengajaran. Olahraga di
masyarakat diurus oleh lembaga dibawah jawatan Pendidikan Masyarakat.
Kementerian Pendidikan dan Pengajaran dalam pelaksanaan tugas di bidang
pembinaan dan pengembangan fisik antara lain melakukan penyelenggaraan
latihan-latihan di kalangan pemuda Indonesia untuk mencapai dan memperoleh
kondisi badan yang prima juga persiapan memasuki angkatan perang yang pada waktu
itu sangat diperlukan dan mengusahakan rehabilitasin fisik dan mental bangsa
Indonesia agar dapat berperan serta dalam forum Internasional.
Pada
bulan September 1945 tentara Belanda mendampingi tentara sekutu (Inggris) masuk
ke Indonesia terutama Jakarta. Pada waktu itu organisasi olahraga yang bernama
GELORA (Gerakan Latihan Olahraga) yang dipimpin oleh Otto Iskandar Dinata
sebagai ketua umum dan Soemali Prawirosoedirjo sebagai ketua harian meleburkan
diri bersama-sama Djawa Iku Kai (pusat olahraga versi Jepang) menjadi persatuan
olahraga republik Indonesia (PORI). Mengingat suasana di jakarta kurang
menguntungkan karena gangguan tentara Belanda, PORI Hijrah ke Solo dan
berkantor di rumah Soemono sekertaris PORI di jalan Purwosari. Pada bulan
Januari 1947 diadakan Kongres Darurat PORI dan terpilih sebagai ketua, Mr.
Widodo Sastrodininggrat dan sebagai wakil ketua Soemali Prawirosoedirjo,
sebagai sekertaris Soemono.
Pada
tahun 1947 PORI mengadakan hubungan dengan Menteri Pembangunan dan Pemuda
Wikana. Berkat bantuan sekertarsi menteri Drs. Karnadi, PORI dapat
mengembangkan organisasinya antara lain : (a) pembangunan kembali cabang-cabang
olahraga yang tersebar dan bercerai berai. (b) Membentuk organisasi induk
cabang olahraga yang belum tersusun, (c) Menerbitkan majalah “Pendidikan
Djasmani” dengan simbol obor menyala dan lima gelang, (d) Mempersiapkan Pekan
Olahraga Nasional ke satu. Pada malam peresmian PORI bulan Januari 1947,
Presiden Soekarno sekaligus melantik KORI (Komite Olimpiade Republik
Indonesia), sebagai ketua ditunjuk Sri Sultan Hamengku Buwono IX, wakil ketua
adalah drg. Koesmargono dan Soemali Prawirodirjo. KORI mempunyai tugas
menangani masalah keolahragaan yang ada kaitannya dengan olimpiade, saat itu
KORI dibentuk karena Indonesia ingin ikut Olympic Games 1948 (namun karena
persiapan para atlet itu tidak memadai, pengiriman ke London tidak jadi). PORI
kemudian membentuk badan-badan (sekarang disebut induk cabang olahraga). Yang
ada pada waktu itu adalah cabang olahraga sepak bola, basket, atletik, bola
keranjang, panahan, tenis, bulutangkis, pencak silat, dan gerak jalan. Keuangan
PORI dan KORI diperoleh dari subsidi pemerintah yang disalurkan melalui
Kementerian Pembangunan dan Pemuda. Selama aksi militer Belanda 21 Juni 1947 –
17 Januari 1948 kegiatan olahraga praktis terhenti. Pada tanggal 2 – 3 Mei
1948, PORI mengadakan konferensi di Solo berkat bantuan Walikota Solo
(Syamsurizal), PON I dapat diselenggarakan pada 9 – 14 September 1948 dengan
lancar, meskipun suasana politk meruncing kembali.
Pekan
Olahraga Nasional (PON) pertama di Solo adalah pekan olahraga yang sangat
berkesan dan merupakan tonggak sejarah keolahragaan yang penting bagi bangsa
Indonesia yang baru merdeka. PON I adalah PON revolusi, PON perjuangan, PON
penyebar semangat dan sekaligus PON persatuan. Berkenaan dengan PON I, Maladi
(mantan Menteri Olahraga) mengutarakan kembali kesannya, yaitu :
"PON
I di Solo Tahun 1948 membuat berdiri bulu roma tiap orang Indonesia yang
menyaksikan rakyat sepanjang Yogya-Solo menyambut dan menghormati bendera PON
yang dibawa dan diarak oleh ribuan Pemuda dari Gedung Negara Yogya untuk
dikibarkan di Stadion Sriwedari, Solo. Teriakan 'Hidup PON' bersamaan dengan
pekik 'Merdeka atau Mati' berkumandang sepanjang Yogya-Solo"
Kiranya
perlu disampaikan penghargaan dan terima kasih setinggi-tingginya kepada para
tokoh olahraga saat itu terutama Sri Sultan Hamengku BUwono IX, Paku Alam VIII,
GPH Suryohamidjo, GPH Prabuwijoyo, Nurbambang, dan Ali Marsaban. Setelah
keamanan negara pulih kembali pada akhir tahun 1949 dan ketenangan bangsa
Indonesia tercapai, maka gerakan olahraga yang telah terhenti itu digerakan
kembali dan dikembangkan. Bekal konsep-konsep yang telah dirintis dan
pengalaman-pengalaman yang telah dimiliki dijadikan titik tolak untuk
mengembangkan olahraga dan menetapkan sistem pembinaan keolahragaan di
Indonesia, yaitu sebagai berikut : (a)
Keolahragaan di lingkungan sekolah dibina langsung oleh pemerintah;
(b) Keolahragaan di
lingkungan masyarakat dibina oleh masyarakat sendiri, dengan bimbingan dan pengawasan oleh pemerintah;
(c) Keolahragaan di
lingkungan sekolah pelaksanaan, pengaturan, pengurusan dan pembinaan langsung
dipegang oleh pemerintah, yaitu di tugaskan kepada Kementerian Pendidikan,
Pengajaran, dan Kebudayaan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Inspeksi Pusat
Pendidikan Jasmani. Keolahragaan di lingkungan sekolah ini masih tetap diberi
nama Pendidikan Jasmani. Pendidikan Jasmani merupakan unsur dan alat pendidikan
untuk menyiapkan dan membentuk manusia yang harmonis antara pertumbuhan jasmani
dan perkembangan rohaninya. Dalam hubungannya dengan peningkatan mutu dan
prestasi olahraga bangsa Indonesia, pendidikan jasmani hanya merupakan dasar
dan pencarian bibit yang akan dikembangkan lebih lanjut dalam lingkungan
masyarakat nanti.
Tujuan
Pendidikan Jasmani ini dikuatkan dengan dikeluarkannya Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 4 Tahun 1950, tentang Dasar-Dasar Pendidikan dan Pengajaran di
Sekolah-Sekolah. Undang-Undang tersebut berbunyi sebagai barikut :
“Pendidikan
Jasmani yang menuju kepada keselarasan antar tumbuhnya badan dan perkembangan
jiwa merupakan suatu upaya untuk membuat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang
sehat dan kuat lahir bathin, diberikan di segala jenis sekolah”
Untuk
melaksanakan tujuan olahraga di lingkungan sekolah ini pemerintah telah
menetapkan bahwa pendidikan jasmani tetap merupakan salah satu pelajaran wajib
di sekolah-sekolah mulai dari taman kanak-kanak sampai perguruan tinggi.
Cabang-cabang olahraga yang diberikan di sekolah itu terdiri atas : senam,
atletik, permainan, dan renang dengan disesuaikan dengan keadaan fasilitas yang
tersedia.Sebagai pendorong bagi pelajarn untuk giat melaksanakan pendidikan
jasmani dan olahraga, serta sebagai alat pengontrol bagi guru dan pemerintah
tentang hasil pelajarannya, maka pemerintah menentukan adanya dua jenis
kegiatan, yaitu : (a) Ujian Ketangkasan Olahraga bagi Pelajar ; (b) Perlombaan
Olahraga antar sekolah.
Oleh
karena tumbuhnya sekolah-sekolah tidak seimbang dengan tersedianya
tenaga-tenaga guru, khususnya guru-guru pendidikan jasmani maka pemerintah
telah mengambil kebijaksanaan untuk membuka sekolah-sekolah dan kursus-kursus
yang menyiapkan tenaga-tenaga guru pendidikan jasmani baik untuk sekolah
rakyat, sekola lanjutan maupun perguruan tinggi. Sampai dengan tahun 1957
seluruh Indonesia telah memiliki : (1) enam buah SGPD (Sekolah Guru Pendidikan
Djasmani) yang menyiap guru-guru pendidikan jasmani untuk sekolah rakyat; (2)
tujuh buah kursus B1 Pendidikan Djasmani, yang menyiapkan guru-guru untuk
sekolah lanjutan pertama (3) sebuah kursus B2 Pendidikan Djasmani, yang
menyiapkan guru-guru Pendidikan Djasmani untuk sekolah lanjutan atas; (4) dua
buah Fakultas Pendidikan Djasmani, sampai tingkat Sarjana Muda dan sarjana yang
menyiapkan ahli-ahli dan guru-guru pendidikan jasmani di sekolah-sekolah,
dengan mengadakan kursus-kursus singkat.
Untuk
mendorong semangat belajar para pelajar dalam bidang keolahragaan dan untuk
usaha meningkatkan mutu prestasi olahraga di kalangan pelajar, telah diadakan
puncak-puncak kegiatan olahraga di kalangan sekolah lanjutan dalam bentuk
Pancalomba. Pancalomba yang pertama di adakan di Semarang (1952) dan Pancalomba
yang kedua diadakan di Surabaya pada tahun 1954. Sejarah dan Perkembangan Bulu
Tangkis Olahraga yang dimainkan dengan kok dan raket ini kemungkinan berkembang
di Mesir kuno sekitar 2000 tahun lalu. Selain di Mesir, diperkirakan juga India
dan China sebagai tempat asal usul permainan ini.
Awal
mula permainan ini kemungkinan merupakan sebuah permainan yang berasal dari
Tionghoa, Jianzi. Permainan tersebut menggunakan kok tetapi tanpa memakai raket
melainkan dengan kaki. Misi permainan ini adalah untuk menjaga kok agar tidak
menyentuh tanah selama mungkin tanpa menggunakan tangan. Asal Usul Nama
Badminton Di Inggris, sejak zaman pertengahan permainan anak-anak yang disebut
Battledores dan Shuttlecocks sangat populer. Anak-anak pada waktu itu biasanya
akan memakai dayung atau tongkat (Battledores) dan bermain bersama untuk
menjaga kok tetap di udara dan mencegahnya menyentuh tanah. Permainan ini cukup
populer untuk menjadi pemandangan sehari-hari di jalan-jalan London pada tahun
1854 ketika majalah Punch mempublikasikan kartun untuk ini.
Penduduk
Inggris kemudian membawa permainan ini ke Jepang, China, dan Siam (sekarang
Thailand) selagi mereka mengkolonisasi Asia. Permainan ini kemudian dengan
segera menjadi permainan anak-anak di wilayah tersebut. Olahraga bulu tangkis
modern seperti sekarang ini diciptakan oleh petugas Tentara Britania di Pune,
India pada abad ke-19 saat mereka menambahkan jaring dan memainkannya secara
kompetitif. Karena kota Pune sebelumnya dikenal dengan nama Poona, permainan
tersebut juga dikenali sebagai Poona pada masa itu. Para tentara membawa
permainan itu kembali ke Inggris pada 1850-an. Olahraga ini mendapatkan namanya
yang sekarang pada 1860 dalam sebuah pamflet oleh Isaac Spratt, seorang
penyalur mainan Inggris, berjudul "Badminton Battledore-A New Game"
("Badminton Battledore-Sebuah Permainan Baru").Pamflet ini melukiskan
permainan tersebut yang dimainkan di Gedung Badminton (Badminton House), Estat
Duke of Beaufort's di Gloucestershire, Inggris. Bulu tangkis menjadi sebuah
olahraga populer di dunia, terutama di wilayah Asia Timur dan Tenggara, yang
saat ini mendominasi olahraga ini, dan di negara-negara Skandinavia.
M.
Awal Perkembangan Olahraga di Indonesia
Ketika
bangsa Belanda pertama kalinya menanamkan kekuasaannya di Indonesia, sejak saat
itulah perkembangan bangsa Indonesia hampir dalam semua aspek kehidupan
dipengaruhi oleh bangsa Belanda. Demikian juga perkembangan dalam aspek
keolahragaan, cabang-cabang olahraga yang berkembang adalah cabang olahraga
yang dilakukan di Belanda, termasuk ketika pada waktu bangsa jepang menduduki
Indonesia. Sementara jenis olahraga pribumi baru berkembang pesat ketika zaman
kemerdekaan yang dalam tataran kebijakan dimasukkan ke dalam Garis-garis Besar
haluan negara pada zaman orde baru.
Perkembangan
lebih lanjut, karena negeri Belanda sendiri berada di Eropa dan berada di bawah
pengaruh Perancis maka secara tidak langsung mempengaruhi perkembangan olahraga
di Indonesia, sehingga kita mengenal ada sistem olahraga jerman, sistem
olahraga swedia, sistem olahraga Austria dan juga Jepang. Dengan berkuasanya
Belanda di Indonesia, terutama setelah Belanda mempunyai tentara yang banyak
dalam rangka mempertahankan eksistensinya di Indonesia, maka kemudian terlihat
masuknya keolahragaan di lingkungan militer. Meskipun olahraga itu sejam zaman
Mesir Kuno dan Yunani Kuno sudah mulai menonjol, namun perkembangan di Eropa
baru tampak sekitar abad pertengahan, yang kemudian juga menyebar dan
berkembang di negeri Belanda, kemudian dibawa pula masuk ke Indonesia.
Keolahragaan di Indonesia yang dibawa oleh Belanda itu sudah barang tentu
sesuai dengan keadaan keolahragaan di negeri Belanda itu sendiri. Namun, berkat
kesadaran bangsa Indonesia akan kebudayannya, meskipun dengan beberapa tekanan
dan paksaan dari pihak penjajah, kebudayaan asli bangsa Indonesia masih tetap
dapat dipertahankan.